Laporan Penelitian Keterlibatan Militer Dalam Bisnis di Bojonegoro, Boven Digoel dan Poso Tim Peneliti: M. Najib Azca Koordinator Ahmad Muzakki Noor Anggota Haris Azhar Anggota Muhammad Islah Anggota Mufti Makarim Al-Akhlaq Anggota KOMISI UNTUK ORANG HILANG DAN KORBAN TINDAK KEKERASAN Buku yang sedang anda pegang ini merupakan hasil penelitian bisnis militer di Bojonegoro, Boven Digoel dan Poso yang dilakukan oleh Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Jakarta pada 2004. fokus dari penelitian ini adalah persoalan bisnis militer dan kaitannya dengan Pelanggaran HAM dan Korupsi (dalam arti yang lebih luas berupa penyalahgunaan wewenang oleh militer dan birokrasi sipil). Pada dasarnya bisnis militer dalam berbagai bentuk, level keterlibatan dan bidang adalah hal yang mudah ditemukan di berbagai tempat di Indonesia dan diketahui umum. Persoalannya, banyak yang menganggap bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa dan ditolerir. Tidak banyak yang menilai secara kritis bahwa hal tersebut bertentangan dengan fungsi dan tugas utama militer dan mengakibatkan hilangnya profesionalisme militer. Sementara persoalan lain yang tidak pernah dipertanyakan adalah, kalau pun ada alasan-alasan yang membenarkan praktek bisnis militer seperti minimnya budget APBN untuk operasional militer dan kebutuhan dana untuk kesejahteraan prajurit, apakah bisnis-bisnis tersebut dilaksanakan secara fair, akuntabel dan sesuai dengan alasan pembenar bisnis mereka? Apa yang ditemukan dalam penelitian ini ternyata tidak sesederhana yang kita bayangkan. Persoalan bisnis militer tidak bisa dipandang semata-mata sebagai kegiatan bisnis biasa sebagai bisnis kalangan sipil, karena disamping bertentangan dengan fungsi dan tugas, bisnis mereka kerap bersentuhan kekerasan, kriminal dan penyalahgunaan wewenang. Mereka sejatinya bukanlah pemodal yang berinvestasi, namun menjadi parasit pada investasi multinasional sebagai tenaga pengaman dan beking untuk kriminal bisnis. Sebagai dampaknya, penelitian ini menemukan fakta bahwa alasan-alasan pembenar bisnis sangat tidak relevan. Sebagian besar laba tidak pernah masuk ke kas insttitusi dan dipertanggungjawabkan. Bisnis hanya menjawab kebutuhan perwira untuk meandapatkan kemewahan hidup dan “kesejahteraan” segelintir prajurit yang terlibat. Kekerasan dan kerusakan lingkungan adalah bagian yang tidak terpisahkan darinya. Juga gagalnya pembangunan postur militer Indonesia yang profesional dalam menjalankan fungsi pertahanan. Sebagaimana biasanya, dampak-dampak tersebut tidak pernah diproses, apalagi dievaluasi. Ekses bisnis dipandang sebagai konsekuensi alamiah, bukan sesuatu yang seharusnya dihindari atau dicegah. Sebagaimana dalam operasi militer Indonesia, kematian dan kehancuran adalah hal yang tidak bisa tidak terjadi untuk mencapai kemenangan, demikian pula yang terjadi dalam bisnis militer. Untuk mencapai kemenangan bisnis, maka kehancuran rakyat dan kepentingannya adalah nilai yang harus dibayar• Penelitian Bisnis Militer dan Pelanggaran HAM di Indonesia ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan Kontras untuk dapat memberikan kontribusi bagi penguatan supremasi sipil dan demokratisasi di Indonesia. Oleh karenanya, penelitian ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada publik potret bisnis militer dan bahayanya bagi supremasi sipil dan demokratisasi. Sebelumnya Kontras telah mengadakan Expert Meeting tentang Anggaran Militer dan Pertanggungjawabannya dikaitkan dengan Pengaruhnya Terhadap Proses Demokratisasi dan Penegakan HAM di Indonesia, pada 10 Juli 2002 di Jakarta. Dari Workshop tersebut diusulkan beberapa agenda mendesak untuk dilaksanakan, yang antara lain adalah membuat studi-studi tentang pembiayaan militer dan relasinya dengan pelanggaran HAM. Penelitian ini mengambil waktu Februari-Mei 2004 dengan pilihan lokasi di Jawa Timur (Kabupaten Bojonegoro), Sulawesi Tengah (Kabupaten Poso) dan Papua (Kabupaten Boven Digoel). Di Sulawesi Tengah (Kabupaten Poso), penelitian terfokus pada bisnis kayu hitam yang telah dirintis sejak lama oleh aparat militer “setempat”, yang saat ini tidak beroperasi lagi namun meninggalkan dampak besar terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat. Penelitian di Jawa Timur (Kabupaten Bojonegoro) terfokus pada bisnis jasa keamanan (security bussiness) di perusahaanperusahaan minyak multinasional seperti Santa Fe, Devon Energy, Petrochina dan ExxonMobile Oil yang pernah dan sedang beroperasi sampai dengan saat ini. Sementara di Papua (Kabupaten Boven Digoel), penelitian difokuskan pada jasa keamanan dan keterlibatan perusahaan kayu lapis dan kelapa sawit dan militer dalam mempertahankan “konflik” antara kepentingan perusahaan, Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Organisasi Pembebasan Papua (OPM). Pengertian militer dalam penelitian ini mencakup TNI-Polri dengan alasan adanya hubungan historis militer-kepolisian dan watak milieristik keduanya yang serupa. Termasuk hajat berbisnis dan alasan pembenar kedua institusi. Dalam kuasa doktrin yang militeristik, keduanya juga samasama menyumbangkan dampak negatif dalam berbisnis. Kebanyakan data yang digunakan adalah data wawancara mendalam dan pengamatan. Keterbatasan akses pada dokumen menjadi penyebab mengapa penelitian ini menjadi penelitian antropologis. Penelitia akhirnya lebih banyak mendengar, mencatat, dan melakukan cross check terhadap apa yang diceritakan dan dirasakan masyarakat. Kesaksian korban, saksi dan bahkan pelaku memperkaya “investigasi” kami yang saat ini disajikan kepada anda• Akhirnya, KontraS ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini. Kami tidak mungkin untuk menyebutkan seluruh pihak satu persatu, namun beberapa beberapa pihak kami ingin menyampaikan penghargaan kami: para expert yang intens memberikan saran, kritik dan pemikiran bagi penelitian ini seperti Andrinof Chaniago (ekonomi politik), Mering Ngo (antropologi), Patra M Zen (hukum dan HAM) dan Wiladi Budiharga (Perumusan metodologi Penelitian); Sdr. M Najib Azca (Sosiolog dan Ahli Militer dari UGM Yogyakarta) yang telah menjadi ketua Tim Peneliti. Achmad Muzakki Noor sebagai peneliti lepas yang turut serta menjadi anggota tim; Para peneliti lapangan di Bojonegoro, Boven Digoel dan Poso; Para asisten peneliti yang di Jakarta, Bojonegoro, Boven Digoel dan Poso. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada beberapa organisasi yang telah membantu penelitian ini sejak awal: Walhi Jawa Timur, LPSHAM Sulteng, SKP-HAM Merauke: Organisasi yang terlibat dalam Focused groups discussion (FGD): ICW, INFID, Walhi, YLBHI, dan lain-lain DOWNLOAD DISINI
0 Comments
Leave a Reply. |
CARI BUKU PILIHAN ANDA :
Loading
JUDUL BUKU :
All
Archives |