JUDUL : Barack Obama Menerjang Harapan [ Judul Asli: “The Audacity of Hope; Thoughts on Reclaiming The American Dream]
PENGARANG : Barack Obama PENERBIT : Ufuk Press PT. Cahaya Insan Suci. Jl. Warga 23A, Penjaten Barat, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510, Indonesia. CETAKAN : II Mei 2007 ISBN : 979-1238-34-0 JUMLAH HALAMAN: 526 Buku “The Audacity of Hope; Thoughts on Reclaiming The American Dream [Edisi Indonesia : Menerjang Harapan: Dari Jakarta Menuju Gedung Putih], merupakan karya Senator Barack Hussien Obama Junior yang terbit tahun 2006. Buku ini merupakan kelanjutan daru buku pertamanya, yang terbit 11 tahun yang lalu, dengan judul Dream from My Father: A Story of Race and Inherintance. Kedua buku ini selama berpekan-pekan menduduki peringkat nomor satu pada daftar buklu terlaris versi harian The New York Times. Inilah sebagai indicator Obama seorang penulis andal yang karya-karyanya terjual laris. Buku The Audacity of Hope menjadi penolong bagi Obama dalam upaya ememperkuat serta memperkaya dirinya sebagai calon presiden. Sejumlah kritikus mengumpamakan bahwa buku ini ibarat skripsi yang berpredikat summa cum laude yang meluluskan obama sebagai pemimpin masa depan Dalam kata pengantar dinyatakan bahwa Obama tinggal di Jakarta selama 3,5 tahun sejak berusia enam tahun, yaitu pada tahun 1967 dan sempat merasakan pendidikan di SD Fransiscus Assisi dan SD 01 Menteng di Jalan Besuki. Dia termasuk keluarga multiras, sehingga merupakan keluarga dengan paduan komunitas internasional. Ibunda Obama, Ann Dunham setelah bercerai menikah dengan pria Indonesia, Lolo Soetoro dan dari pasangan itulah dikaruniai seorang putri, Maya Soetoro-Ng yang kini berusia 39 tahun besuamikan adalah pria China dan menetai di Honolulu. Sedangkan Ayahanda Obama senior di Kenya menikah berulangkali, termasuk dengan seorang perempuan kulit putih laqin dan juga beberapa perempuan local yang semuanya melahirkan saudara-saudara tiri Obama Junior. Obama Tidak setia pada satu ras saja : Kenyataan inilah memberikan nuansa pada pemikiran Obama, bahwa dia tidak setia pada satu ras saja, alias multirasialisme. “Saya tak mempunyai pilihan lain kecuali meyakini visi Amerika. Sebagai anak lelaki kulit hitam dan perempuan putih, sebagi orang yang lahir di Hawaii yang multirasial bersama adik tiri yang separuh Indonesia tetapi kerap dikira orang Meksiko atau Puerto Riko, mempunyai ipar dan keponakan keturunan Cina, memiliki saudara-saudara yang wajahnya mirip Margaret Teacher….saya tak mungkin setia hanya kepada satu ras saja,’ tulis Obama. Waktu di Jakarta rumahnya sekitar Tebet tak berkakus duduk, di halaman belakang banyak ayam peliharaan, dan di dekat jendela banyak jemuran bergelantungan. “Jenderal-jenderal Indonesia membungkam hak asasi dan birokrasinya penuh korupsi….Kami tak punya uang untuk sekolah internasional, saya masuk sekolah biasa dan bermain dengan anak-anak pembantu, penjahit atau pegawai rendahan,” [hlm:11] Kharismanya yang luar biasa: Ketika dilantik menjadi senator awal tahun 2005 Obama mulai menjadi gunjingan di Ibukota Washington DC. Banyak kalangan yang mulai menyebut karisma dia mirip dengan yang pernah dimiliki John Fitzgerald Kennedy yang menjadi presiden pada usia belia. Bahkan seorang Bill Clinton pun sebelum menjadi presiden tidak mendapat pujian setinggi itu. Menurut pandangannya, dalam era globalisasi dan perubahan teknologi yang memusingkan, politik yang membunuh dan perang-perang budaya yang tak kunjung usai, bahkan tampaknya kita tidak memiliki bahasa bersama yang dapat digunakan untuk mendiskusikan cita-cita kita, tidak memiliki alat mencapai kesepakatan sederhana tentang bagaimana, sebagai sebuah bangsa, kita mungkin bekerja-sama mewujudkan cita-cita itu.[hlm; 27] Obama menawarkan sesuatu yang lebih bersahaja: refleksi-refleksi personal nilai dan cita-cita yang telah membimbingnya menuju kehidupan public. Selain itu juga menawarkan beberapa pemikiran tentang cara agar wacana politik saat ini tidak seharusnya memecah belah. Berdasarkan pengalamannya sebagai seorang senator dan pengacara, suami dan Ayah, Kristen dan skeptic mengenai cara-cara yang dapat kita gunakan untuk politik kita pada gagasan tentang kemaslahatan bersama. [hlm:29] Sepak terjang CIA di Indonesia : Dalam halaman 35 ditulis bahwa CIA terlibat ketika tahun 1965. ….CIA diam-diam mulai memberikan dukungan kepada berbagai pemberontakan di dalam Indonesia, dan menumbuhkan hubungan yang dekat dengan para pejabat militer Indonesia, yang banyak dari mereka telah dilatih di Amerika Serikat . Pada 1965, di bawah pimpinan Jendral Soeharto, militer mulai menentang Sukarno, dan dengan kekuatan darurat memulai sebuah pembersihan besar-besaran terhadap orang-orang komunis dan para simpatisan mereka. Menurut perkiraan antara 500.000 dan satu juta tewas terbunuh dalam pembersihan tersebut, dengan 750.000 lainnya dipenjara atau diasingkan. [hlm:35] Pandangannya dalam masalah internasional: …Kadang-kadang, kebijakan luar negeri Amerika telah berpandangan jauh, sekaligus bermanfaat bagi kepentingan nasional kita, cita-cita kita, dan kepentingan bangsa-bangsa lain. Di saat lain, kebijakan-kebijakan kita telah salah jalan, didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru sehingga mengabaikan aspirasi sah orang lain, melemahkan kredibilitas kita sendiri, dan menciptakan sebuah dunia yang lebih berbahaya. Ambiguitas yang demikian seharusnya tidak mengejutkan, karena kebijakan luar negeri Amerika selalu merupakan sebuah kumpulan impuls-impuls yang saling beradu. [hlm: 45]. Kebijakan Amerika mengenai pengekangan juga melibatkan suatu peningkatan jumlah militer yang sangat besar, yang menyamai dan kemudian melebihi persenjataan Soviet dan Cina. Pada akhirnya, “segitiga besi” yang terdiri dari Pentagon, para kontraktor pertahanan, dan anggota kongres dengan belanja pertahanan yang besar di wilayah-wilayah mereka, menghimpun kekuatan besar dalam membentuk kebijakan luar negeri AS. [hlm:53] Pandangan Religinya: Bagi ibu saya agama formal [organized religion] terlalu sering menutupi ketertutupan pemikiran dengan jubah kesalehan, menutupi kekejaman dan penindasan dengna jubah kebenaran. Ini tidak bermaksud mengatakan bahwa beliau tidak memberi saya instruksi keagamaan. Dalam pikiran beliau, pengetahuan bekerja dari agama-agama besar dunia merupakan bagian penting dari setiap pendidikan yang dirancang dengan baik. Dalam keluarga kami Alkitab, Al Quran, dan Bhagawad Gita ditempatkan di atas rak di samping buku-buku-mitologi Yunani, Norwegia, dan Afrika [Hlm :157] Selama lima tahun kami menjalani hidup bersama ayah tiri saya di Indonesia, pertama-tama saya dikirim di lingkungan sekolah Katolik dan kemudian ke sekolah yang didominasi Muslim. Dalam kedua kasus ini, ibu saya kurang memperhatikan proses pembelajaran saya akan katekisme atau menjelaskan makna panggilan muadzin untuk melakukan shalat malam [mungkin maksudnya sholat Mahgrip dan Isya’] dari pada perhatiannya terhadap kemampuan saya untuk mempelajari tabel-tabel perkalian secara cepat. [hlm:158] Pencermatan tentang kebebasan beragama dan keaneragaman: Obama memberikan tanggapannya bahwa Rumusan Jefferson dan Leland untuk kebebasan beragama. Ternyata kekebasan beragama mampu menyelamatkan Amerika Serikat dari sektarianisme. ...Lebih-lebih, mengigat keaneragaman penduduk Amerika yang semakin besar. Apapun kita dulu, sekarang kita tidak lagi sekedar bangsa Kristen; kita juga bangsa Yahudi, bangsa Muslim, bangsa Budha, bangsa Hindu, dan bangsa orang-orang tak beriman.[Hlm:177]. Lebih jauh melihat pikirannya yang pluralis tampak pada pidatonya ketika Konvensi Nasional Partai Demokrat pada tahun 2004, yang menimbulkan rasa simpati: ”Tidak ada orang Amerika hitam atau Amerika putih, Amerika Latino atau Amerika Asia, yang ada hanyalah Amerika Serikat” [hlm 196] Lagi pula, saya percaya bahwa sebagian dari kejeniusan Amerika selalu merupakan kemampuannya menyerap pendatang baru, membentuk suatu identitas nasional berdasarkan kumpulan berbagai macam orang yang tiba di pantai-pantai kita. [Hlm;197]. Melihat Layanan kesehatan dan pendidikan. Layanan kesehatan dikritisi Obama: Kita tahu, sistem perawatan kesehatan telah hancur: sangat mahal, sangat tidak efisien, dan dengan buruk diadaptasikan dengan ekonomi yang tidak lagi dibangun atas pekerjaan seumur hidup. Yaitu sebuah sistem yang mengekpos orang Amerika yang bekerja keras pada kronisnya ketidakamanan dan keniscayaan kemiskinanan [hlm:266]. Terkait dengan pendidikan dikatakan Obama: Di mana orang-orang Amerika sungguh membutuhkan bantuan secara langsung, artinya kita harus mengelola biaya perguruan tinggi yang semakin meningkat. Selama sepuluh tahun pertma pernikahan kami, gaji bulanan kami habis untuk membayar kuliah prasarjana dan hutang di sekolah hukum melebihi jaminan tunjangan kesehatan kami [hlm 464] ....Tetapi tidak masalah betapapun baiknya kita mengendalikan perputaran biaya pendidikan, kita akan tetap harus memberikan lebih banyak bantuan langsung kepada siswa dan orang tuanya dalam memenuhi biaya di perguruan tinggi. Apakah melalui beasiswa, pinjaman berbunga rendah, tabungan simpanan pendidikan bebas pajak, ataupun pengurangan penuh pajak atas biaya uang kuliah. Ada dua aspek lain dari sistem pendidikan kita yang patut mendapat perhatian- satu aspek yang berbicara kepada jantung daya saing Amerika. Sejak Lincoln mengesahkan Undang-undang Moril [Morrill Act] dan menciptakan sistem perguruan tinggi yang diberi hadiah tanah, institusi-institusi pembelajaran tinggi telah digunakan sebagai riset utama negara dan laboratorium pengembangan . DOWNLOAD
0 Comments
Leave a Reply. |
semua buku dilengkapi dengan terjemahan dalam bahasa indonesia
Categories Buku :
All
Archives |